Got My Cursor @ 123Cursors.com
Himeka Raining Sora: Februari 2011

Kamis, 10 Februari 2011

Ketika Hujan Turun


Langit mulai berwarna keabuan. Rintik-rintik hujan mulai turun membasahi taman kota sore itu, orang-orang segera berlarian menuju rumah masing-masing atau mencari tempat berlindung. Seorang anak berusia 4 tahun duduk dibangku taman, tangannya yang mungil memeluk boneka beruang yang lebarnya 1,5 kali tubuh dia. Hiks.. Hiks.. Hiks ia menangis sepertinya ia terpisah dari orang tuanya, petir mulai menyambar-menyambar hujan pun mulai turun dengan deras. ‘’Aaaaaaaaaa.. Bundaaa’’ ia berteriak ketakutan sambil berlari menuju pohon terdekat untuk berlindung. Tiba-tiba seseorang menarik tangannya, ia menoleh. Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun berdiri disebelahnya dengan wajah yang cuek. Kemudian anak laki-laki itu membawa Sora berlari kesebuah tempat duduk berpayung tak jauh dari tempatnya semula, sekilas ia melihat wajah anak itu.
‘’Kamu siapa?’’ tanya Sora saat mereka sampai di tempat tersebut
‘’Ken’’ jawabnya cuek tanpa melihat Sora “Ngapain tadi kamu dibawah pohon?” Ken bertanya tanpa menoleh
“Berlindung.” Sora menjawab sambil menatap langit berharap hujan segera berhenti
“HAH?? Berlindung dibawah pohon?” Ken menoleh “Kamu tahu gak sih itu bahaya!” nada bicaranya sedikit meninggi
“Engga” Sora menggeleng kecil sementara tangannya memegang bonekanya, ia kaget karena selama ini tidak pernah ada yang membentaknya seperti itu.
“Sora.. Sora..” Sayup-sayup terdengar suara seseorang yang memanggil namanya, dari kejauhan tampak seorang wanita dan pria memegang payung.
“Bundaa” Sora segera mengenalinya lalu berlari kearah mereka
“Eh, tunggu... ” Ken berusaha mencegahnya pergi namun ia terlambat, ia baru sadar kalo ia tidak tahu siapa nama anak itu.
**********
“Bunda, boneka aku kok gak ada” Sora berteriak-teriak sambil mengobrak-abrik kamarnya mencari bonekanya
“Kamu lupa naro kali” Bundanya berteriak dari arah dapur
“Gak bunda, kemaren kan bonekanya aku bawa ke..” Sora tidak jadi meneruskan kata-katanya “Bundaa… boneka aku ketinggalan di taman.” Sora menangis “Bunda, anterin aku ke taman..” Sora menarik-narik tangan bundanya yang sedang membuat kue
“Sebentar ya sayang, bunda lagi bikin kue” Bundanya mengambil kue dari oven
“Buat siapa bunda? Pasti buat aku ya?” Sora menarik sebuah kursi kedekat bundanya lalu menaikinya
“Bukan sayang, buat tante Ayu.”
“Tante Ayu siapa bunda? Kok aku gak tau?”
“Tante ayu itu, sahabat Bunda di SMA.” Bundanya mengolesi krim coklat diatas kue lalu memasukannya ke kotak kue “Mau ikut bunda kerumah tante Ayu gak?”
“hmm, iya deh tapi nanti bunda bantuin aku nyari boneka ya.” Sora menawar
“Iya” Bundanya mengangguk. Sora segera berlari kekamarnya untuk ganti baju
**********
Dirumah tante Ayu...
“Hai Rin, ini Sora kan?” tante Ayu mencubit pipi Sora “udah gede ya, berapa umurnya?”
“4 tahun tante” Sora menjawab
“Oh ya, sama kayak anakku dong” tante Ayu segera memanggil anaknya “Ken.. Ken..”
“Iya mah” seorang anak kecil muncul dari balik pintu kamar sepertinya Sora mengenalinya
“Kamu ajak main Sora ya.”
Ken mengangguk lalu pergi, Sora segera mengikutinya. Saat mereka sampai dihalaman belakang rumah Ken, Sora melihat sesuatu tergantung dijemuran. Sesuatu yang ia kenali
“Ken, itu boneka kamu?” Sora menunjuk sebuah boneka yang tergantung disalah satu jemuran. “Siapa sih nih anak, tiba-tiba muncul mana sok kenal lagi” Ken menggerutu dalam hati lalu ia menoleh “Hei, kamu kan yang kemaren nangis ditaman.” Ken baru sadar kalau ternyata Sora adalah anak yang ia tolongin kemaren. “Jadi namamu Sora?” Ken berjalan kearah Sora. “Yap, kamu benar” Sora mengiyakan, ia tidak menyangka kalau Ken adalah orang yang kemarin nolongin
**********
8 Tahun kemudian….
“Bunda.. aku main ke taman ya” Sora berteriak dari depan rumahnya.
“Sama siapa?” bundanya menyahut dari arah dapur.
“Sama Ken bunda, dah bun aku berangkat ya” Sora pamitan lalu pergi.
Di taman….
“Lama amat sih, ngapain dulu? Luluran? ” Ken mencak-mencak sambil menatap Sora kesal.
“Maap-maap tadi bolanya ketinggalan” Sora meletakkan tangannya didepan muka sambil membungkuk.
“Mana bolanya?” Ken bertanya dengan ketus.
“Ini” Sora mengeluarkan bola basket dari tasnya “Tapi ajarin main basket ya” ia menarik tangannya yang tadi hendak menyerahkan bola ke Ken.
“Iya, sekarang kita pemanasan dulu, kamu lari keliling lapangan 5 kali!” Ken menunjuk lapangan basket yang lumayan luas.
“WHAT ? “ Sora melongos “Yang bener aja lapangannya luas tau”.
“Ya emang, siapa bilang kecil? Makanya on time dong!” Ken memperhatikan Sora yang terbengong-bengong lalu tertawa kecil.
“Eh..” Sora menoleh, Ken buru-buru mengalihkan pandangannya Sora berdiri didepan Ken lalu berkacak pinggang. “Owh.. jadi intinya balas dendam karena aku telat nih?”
“Hmmm, entahlah” Ken tersenyum misterius “Ra, kayaknya bentar lagi hujan deh” Ken menunjuk langit yang berubah mendung.
“Iya ya” Sora melihat langit sebentar lalu mendrible bola lagi.
“Ayo pulang, kayaknya bakal hujan deras” Ken memperhatikan langit.
“Kamu pulang duluan aja, ntar aku nyusul” Sora masih sibuk mendrible.
Rintik-rintik hujan mulai turun Ken sampai dirumahnya tepat saat hujan mulai deras, ia segera masuk kamar lalu tertidur. Kringgg.. telepon rumah Ken berdering .
“Halo” mamah Ken mengangkat teleponnya
“Halo, yu Sora ada disana gak?” Terdengar suara bunda Sora, sepertinya ia sedang panik.
“Enggak Rin, emang kenapa?”.
“Tadi Sora ijin ke taman sama Ken tapi kok sekarang belum pulang ya?” Suara bunda Karin makin panik, maklum Sora adalah anak semata wayangnya.
“Kamu jangan panik, aku tanya Ken dulu ya” Tante Ayu mencoba menenangkan ibu Karin.
“Makasih ya Yu” Karin menutup teleponnya.
“Ken.. Ken..” Tante Ayu berteriak memanggil Ken.
“Iya mah” Ken keluar kamar malas-malasan.
“Kamu tahu gak Sora dimana?”
“Gak tahu, dirumahnya kali” Ken menjawab setengah sadar.
“Dirumahnya gimana?!” tadi tante Karin nelpon katanya Sora belum pulang”.
“HAH?” Ken terlonjak kaget “Jangan-jangan..” Ken terdiam, sedetik kemudian ia berlari keluar.
“Ken, kamu mau kemana?” Ayu berteriak keheranan.
“Nyari Sora” Ken menjawab tanpa menoleh ia terus berlari menuju taman.
“Sora.. Sora..” Ken berteriak-teriak memanggil Sora tapi tidak ada yang menjawab, samar-samar terlihat bayangan seseorang duduk dibawah pohon memeluk bola.
“Sora.. ngapain kamu disini?” Ken menghampiri Sora .
Sora terdiam tak beranjak dari tempatnya, ia mendongak menatap Ken sekilas. Matanya sembap habis menangis.
“Ayo pulang” Ken menarik tangan Sora “Ngerepotin orang aja!” .
“Pulang duluan aja! Aku masih mau disini” Sora berkata dengan sinis.
“Loh kok malah ngusir? Yaudah pulang aja sana sendirian! .” Ken pergi meninggalkan Sora sendirian ditaman.
Hari mulai beranjak sore, Sora bergegas pulang kerumahnya.
“Sora, kamu kemana aja sayang?”
“Ke taman bun, maaf ya bun Sora baru pulang.” Sora melepas sepatunya lalu mencium tangan bundanya
“Yaudah gak apa-apa, sekarang kamu mandi terus ganti baju sana” Bundanya berkata seraya memberikan sebuah handuk untuk Sora.
“Iya bun” Sora segera mandi lalu masuk kekamarnya. Tak terasa malam pun tiba, bulan dan bintang muncul dilangit menggantikan matahari yang beranjak pergi.
“Sora” Bundanya memanggil dari ruang keluarga.
“Iya bun” Sora segera menutup buku PRnya lalu keluar.
“Sini sayang, ada yang mau bunda omongin” Bundanya menyuruhnya duduk.
“Aku tau kok bun, kita mau pindah rumah kan?” Sora menunduk ada rasa kecewa dihatinya.
“Kamu tahu darimana sayang?” Bundanya terlonjak kaget, ia tahu Sora kecewa atas keputusan ia dan suaminya. Apalagi mereka sudah 12 tahun tinggal disitu. Sora diam tidak menjawab
“Kamu tahu kan sayang papa dipindah tugas ke Bandung” kali ini papanya ikut berbicara.
“Iya aku tahu kok dan papa gak mungkin bolak-balik Bandung-Jakarta, iya kan?!” Sora berlari kekamarnya lalu mengunci pintu, ia menangis semalaman.
**********
“Sora.. bangun sayang udah pagi” Bundanya mengetuk-ngetuk kamar Sora.
“Iya bun” Sora beranjak dari tempat tidurnya, dengan langkah malas ia kekamar mandi untuk wudhu lalu bersiap-siap berangkat.
“Perpisahan sekolah kamu kapan sayang?”
“Minggu depan bun.” Sora menjawab malas-malasan ia masih kecewa atas keputusan orangtuanya . Setiap tahun sekolah Sora selalu mengadakan acara perpisahan, seluruh siswa wajib datang menghadirinya.
“Kita pindah 2 minggu lagi” Bundanya menyodorkan roti isi selai coklat kacang, Sora segera mengambilnya, ia diam tak banyak bicara sebenarnya ia tidak ingin orangtuanya menyinggung soal kepindahan mereka lagi.
“Bun, aku berangkat ya” Sora pamitan lalu berangkat kesekolah
**********
Sora melirik jam di tangannya “Hah, udah jam tujuh sepuluh, lima menit lagi bel bunyi” Sora mempercepat langkahnya menuju kelas. Ia segera menaruh tasnya di bangkunya.
“Tumben telat Ra” Sayaka, teman sebangku Sora menyapanya.
“Tadi kejebak macet.” Sora jawab asal
“Macet darimana? Rumah kamukan gak ngelewatin jalan raya.”
“Oh iya ya? Hehehe. Aku lupa” Sora menepuk jidatnya
“Yee, gimana sih? Eh, bu Yasmin udah masuk tuh” Sayaka menunjuk seorang guru yang masuk ke kelas mereka.
“Karena kegiatan KBM sudah tuntas, ibu bebaskan kalian melakukan aktivitas masing-masing” Bu Yasmin berjalan keluar kelas.
Sora segera membereskan bukunya lalu pergi menuju taman, ia duduk dibawah pohon lalu mengeluarkan sebuah diary dari tasnya.
Dear Diary..
Kenapa semua orang gak ada yang ngertiin aku..
Aku gak mau pindah rumah, aku gak mau pisah sama mereka
Aku gak…
“Sora..” Suara seseorang yang ia kenal memanggilnya, ia menghentikan aktivitas menulisnya lalu menutup diarynya .
“Apa?” masih dengan sikap juteknya ia menjawabnya.
“Sinis amat sih” Ken berdiri didepan Sora.
“Suka-suka aku dong” Sora segera bangkit lalu pergi meninggalkan Ken.
Ken mengambil sebuah diary yang tergeletak dibawah pohon, ia membuka halaman depan diary itu. “Himeka Sora Medina”. “Diarynya Sora toh” Ken bergumam kecil lalu memasukan diary itu ketasnya. Saat ia melewati taman, ia melihat Sora bermain basket. Hap. Ken menangkap bola yang gagal masuk ke ring. “Udah bisa maen basket nih ceritanya” Ken meledek Sora tetapi Sora tidak meresponnya ia malah pergi ke pinggir lapangan lalu membereskan tasnya.
“Nih diarymu tadi ketinggalan” Ken mengeluarkan sebuah diary lalu menyerahkannya kepada Sora.
“Makasih.” Sora mengambil diary itu lalu pergi meninggalkan Ken yang masih bingung dengan sikap Sora yang berubah menjadi dingin.
**********
Hari perpisahanpun tiba, pagi-pagi sekali Sora sudah siap-siap ia memakai gaun yang panjang dan lebar berwarna putih dengan kerudung berwarna senada, ia juga memakai sebuah high heels berwarna putih dan sebuah tas berwarna perak.
“Sora, ayo cepetan berangkat nanti terlambat.” Bundanya berteriak memanggilnya .
“Iya bun, bentar lagi ribet nih” Sora berlari-lari sambil mengangkat gaunnya yang panjang.
“Aduh, anak bunda cantik ih” bundanya mencubit pipi Sora.
“Iya dong, siapa dulu bundanya” Sora tertawa kecil lalu menghabiskan sarapannya “Bun, aku berangkat ya” Sora berpamitan dan berangkat. Tepat pukul 07.00 Sora sampai disebuah gedung yang memang disewa untuk acara perpisahan.
“Hai Ra, wah kamu cantik banget” Sayaka memujinya.
“Kamu juga, ih gaun pinknya lucu” Sora menunjuk gaun pink bermotif yang dipake Sayaka.
“Ka, liat Ken gak?” Sora celingukan mencari Ken.
“Enggak tuh, kayaknya belum datang, emang kalian gak berangkat bareng”
Sora menggeleng kecil.
“Ra, kamu jadi daftar kelas percepatan ”.
“Enggak” Sora menggeleng kecil “Minggu depan aku pindah ke Bandung” Sora menunduk.
“Kok kamu gak bilang-bilang sih?” Sayaka mendelik kaget
“Papa mendadak dipindah tugasin” matanya berkaca-kaca.
“Nanti kalo kamu dapat teman baru, kamu jangan lupain aku ya” Sayaka mencoba tersenyum “Eh itu Ken” Sayaka menunjuk seorang anak yang berdiri didepan pintu gerbang “Ken” Sayaka melambai-lambaikan tangannya. .
“Apa? “ Ken menghampiri mereka “Tumben udah datang Ra” Ken menoleh kearah Sora
“Yee, aku sih emang selalu datang pagi kali, kau tuh kesiangan mulu,ya gak Ka” Sora menyenggol lengan Sayaka “ Hahaha” mereka tertawa bersama “Ayo kita sambut hari terakhir kita dengan senyuman” Sora menarik tangan Sayaka
“Eh, kok hari terakhir” Ken menggaruk-garuk kepala bingung
“Yaiyalah, abis ini kan kita kelas 2, gimana sih” Sora menjawab seenak lidahnya “Ya gak Ka?” Sora melirik Sayaka
“Hah? Apa? Oh iya dong” Sayaka kebingungan
Acara perpisahan berjalan dengan sukses, seluruh siswa kelas 9 lulus , sedangkan siswa kelas 8 dan 7 menampilkan penampilan terbaik mereka. Sepanjang acara perpisahan Sora tidak pernah lepas dari Sayaka dan Ken.
“Ka, Ken anterin aku kesekolah yuk” Sora menarik tangan Sayaka dan Ken saat perpisahan usai
“Ngapain? Mau mengenang masa-masa kelas 7” Ken asal nyeletuk, sedangkan Sayaka hanya terdiam
“Mmm.” Sora berpikir sejenak “Iya, kenangan terakhir.” Sora berkata dengan suara lirih
Sesampainya disekolah Ken kebingungan, ia melihat-lihat seluruh sekolah sepertinya tidak ada yang berubah, kecuali sikap Sora dan Sayaka yang berubah aneh mereka jadi lebih pendiam. Saat mereka sampai didepan kelas 7A Sora memandang kelas itu lekat-lekat seolah-olah sedang mengingat-ngingat semua kejadian dikelas itu, kemudian mereka pergi ke taman belakang untuk berfoto-foto, Sora mengambil sebuah kayu lalu memahat pohon, sepertinya ia menulis sesuatu
“1 Juli 2008, Sora, Sayaka, Ken, maksudnya?” Ken mengerinyitkan dahi, ia masih tidak mengerti, minggu lalu Sora selalu marah jika ia menyinggung masalah kelas aksel, sekarang Sora malah bersikap aneh seolah-olah mereka akan berpisah
“Ya, 1 juli 2008 itu kan hari ini, trus itu kan nama kita, aku, kamu sama Sayaka” Sora masih sibuk memahat pohon.
“Kalian kenapa sih? Kok jadi aneh gitu?” Ken setengah berteriak
“Minggu depan aku mau pindah” Sora menyelesaikan pahatannya.
“Eh” Ken menoleh “Pindah kemana?”
“Bandung” Sora menunduk
“Owh”
“Kok owh doang? Emangnya kamu gak sedih apa?” Sayaka heran kok bisa Ken cuma berkomentar owh doang padahal kan ia dan Sora sudah berteman sejak kecil.
“Hmm.. gimana ya?” Ken berpikir sejenak “Sedih juga sih tapi, ngapain kita sedih-sedihan mendingan kita senang-senang, kita kasih kenangan terakhir yang indah buat Sora” Ken nyeletuk asal, Sayaka dan Sora saling berpandangan.
“Eh iya, bener juga tuh, copas kata-kata darimana tuh?” Sora menoleh .
“Gak nyangka ya seorang Ken bisa ngomong kayak gitu” Sayaka tertawa.
“Ya bisa dong, yaudah sekarang kita ngapain?” Ken bangkit lalu menyuruh Sora dan Sayaka berdiri
“Makan” Sora nyeletuk asal, langsung diangguk setuju oleh yang lain “Ken yang bayar ya”
“Eh, kok aku?” Ken tadi hendak mengangguk tapi gak jadi.
“Ahahahaha” Sora dan Sayaka tertawa.
Akhirnya mereka menghabiskan hari itu dengan senyum dan tawa bahagia. Tanpa terasa seminggu pun berlalu, esok Sora harus pindah ke Bandung. Setelah 6 jam perjalanan sampailah mereka di Bandung, ternyata rumah yang akan mereka tempati berada dipuncak bukit, tak jauh dari sana ada sebuah perkebunan teh, udara disanapun lebih segar dan hawanya pun lebih dingin.
“Dibelakang rumah ada taman” Bundanya menunjuk sebuah taman yang indah karena berhadapan langsung dengan gunung
“Tempatnya bagus bun, aku suka kok” Sora melihat-lihat sekeliling rumah, lalu menulis sesuatu.
Untuk Sayaka dan Ken
Hei kalian..
Aku udah sampe Bandung nih, tau gak? Rumahku indah banget dari rumahku aku bisa liat gunung loh, kapan-kapan kalian main kesini ya..
Ia segera memasukan surat itu ke amplop lalu mengirimnya…
Seminggu kemudian ia menerima surat balasannya.
Iya, tenang aja kita pasti maen kesana kok
Sora.. aku gak lulus tes seleksi kelas percepatan.
Huhuhu sedih deh , tapi sekarang aku ikut kelas internasional 
Ken, diterima dikelas percepatan loh.
Oya, kado dari kita udah kamu buka belum?
Sayaka
Sora tersenyum membaca surat itu, ia ingat dulu ia, Sayaka, dan ken berjanji akan masuk kelas percepatan bersama-sama, tapi kini impian itu tidak bisa menjadi nyata karena disekolah Sora yang baru belum ada kelas aksel. “Kado?” Sora mengingat-ngingat “Ya ampun.” sora menepuk jidatnya ia berlari mencari bundanya.
“Bun.. Bunda, liat kado punya aku gak?”
“Di kamar kamu sayang, diatas lemari kamu” bundanya berteriak dari dapur
Sora segera masuk kekamarnya, “Ini dia” Sora mengambil sebuah kado diatas lemarinya lalu membukanya, sebuah boneka beruang berwarna putih, “Kunci?” Sora melihat sebuah kunci terselip diantara syal boneka tersebut.
3 tahun kemudian…
“Sora, ada kiriman paket buat kamu nih” Bundanya berteriak dari bawah
“Dari siapa bun?” Sora berlari keruang tamu, ia melihat sebuah paket tergeletak disana “Ken?” ia membaca nama pengirim paket tersebut, lalu segera membukanya didalamnya ada sebuah surat berwarna biru muda,
Sora, maap ya surat-surat kamu gak pernah aku bales, bukannya aku sombong tapi karena aku sibuk sekarang,oya SMAnya aku ngambil kelas aksel lagi
Sora.. tahukah kamu ? dalam islam hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur, laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dilarang berhubungan kecuali untuk beberapa hal, Pendidikan, Kesehatan, jual-beli,dakwah, dll. Sora, apakah sekarang kau sudah memakai jilbab dan kerudung? Jika iya Alhamdulillah, akan tetapi jika belum pakailah karena sesungguhnya kecantikan itu hanyalah titipan yang akan diminta pertanggung jawabannya diakhirat kelak.
Ken
Sora menutup surat itu, lalu melihat isi paket yang ternyata foto-foto ia, Sayaka dan Ken waktu terakhir bertemu.Ia tersenyum mengingat-ngingat kenangan itu.
Libur tlah tiba libur tlah tiba Hore Hore Hore
Rencananya liburan semester ini Sayaka akan pergi kerumah Sora, sudah 3 tahun mereka tidak bertemu.
“Sayaka..” Sora memanggil Sayaka, sesosok wanita berbalut jilbab dan kerudung rapi menghampirinya
“Sora.. Kamu pake jilbab sekarang?” Sayaka tidak menyangka kalau temannya juga berubah “Sejak kapan kamu pake jilbab?” Sayaka memandang Sora seingat dia terakhir mereka berkirim foto, Sora belum memakai jilbab.
“Bulan lalu. Hehehe.“ Sora menyeringai “Kiri pak” Sora memberhentikan taksi tepat didepan rumahnya, “Ayo masuk” Sora mengajak Sayaka masuk, “Nda.. bunda, Sayaka udah datang bun.” Sora memanggil bundanya. Sesosok wanita berjilbab datang menghampiri mereka.
“Assalamu`alaikum Sayaka, apa kabar?” Bundanya menyambut Sayaka ramah.
“Wa`alaikum salam, baik tante?” Sayaka menjawab salam sambil memandang bunda Sora, ia tak menyangka mereka sekarang berubah.
“Ra, kamu ajak Sayaka kebelakang . Bunda mau masak dulu.” Bundanya bergegas pergi ke dapur
“Iya bun” Sora mengiyakan lalu mengajak Sora ke taman belakang rumahnya.
“Wuah, indah banget.” Sayaka takjub melihat pemandangan ditaman
“Ka, ceritain dong sejarah kamu pake jilbab.” Sora memperhatikan jilbab yang dipakai Sayaka
“Jadi dulu waktu kita kelas 8 sekolah kerjasama sama LDS buat ngadain acara seminar.”
“Apaan tuh?” Sora mengerinyitkan dahi.
“Itu tuh singkatan dari Lembaga Dakwah Sekolah” Sayaka mengambil secangkir teh lalu meminumnya.
“Owh, terus-terus?” Sora antusias
“Dari situlah kita tahu kalo islam mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan, terus dalam islam perempuan itu wajib memakai jilbab” ia menunjuk baju yang ia pakai “Nah kamu sendiri gimana ceritanya bisa berubah gini” Sayaka menunjuk baju yang dikenankan Sora
“Hmm, 6 bulan yang lalu aku nerima surat dari Ken, isinya kayak yang kamu bilang tadi. Sejak saat itulah aku langsung pake jilbab .” Ekspresi mukanya berubah senang saat ia menyebut nama Ken.
“Oh, Ra semingguan ini kita mau ngapain aja?” Sayaka berusaha mengalihkan pembicaraan. Ia tidak mau Sora membahas atau bertanya-tanya tentang Ken lagi. Karena sesuatu hal.
“Kita keliling-keliling Bandung mau gak?” Sora menawarkan beberapa tempat wisata di Bandung.
“Hmm, boleh” Sayaka mengangguk, mereka masuk kedalam rumah lalu shalat berjamaah. Mereka berlibur ke gunung Tangkuban Parahu, mengunjungi gedung sate lalu mampir ke Panti Asuhan terdekat.Tak terasa hari demi haripun berganti, hari ini adalah hari terakhir Sayaka di Bandung. Mereka menghabiskan sore itu dengan duduk-duduk santai di taman.
“Ra, ada hal yang mau aku omongin.” Nada bicara Sayaka berubah serius
“Ada apaan sih? Kok kayaknya serius banget?” Sora segera duduk sambil melihat senja sore itu.
“ini soal Ken, kamu masih inget gak dulu aku pernah ngasih kamu boneka?”
”Boneka beruang berwarna putih ?” Sora mengingat-ngingat “Yang ini kan?” ia mengambil boneka tersebut. Sayaka mengambil boneka itu lalu mengamatinya, ia mengambil kunci yang terselip di syal itu, membuka tasnya lalu mengeluarkan sebuah kotak music. “Kamu buka kotak music ini.” Sayaka menyodorkan kotak music dan kuncinya dihadapan Sora. Sora memperhatikan kunci itu, lalu membuka kotak musiknya. Sebuah ballerina kecil terselip didalam kotak musik itu, saat ia mengangkat tubuh ballerina itu sepucuk surat menyembul, ia mengambil surat itu lalu membukanya.
Dear Sora, sahabat kecilku.
Sora, mungkin ini adalah surat terakhirku, kutulis surat ini untukmu sebagai kenangan terakhir persahabatan kita. Aku bersyukur Allah mempertemukan aku denganmu lewat hujan.
Sora, maafkan aku karna aku pergi tanpa pamitan, maafkan aku yang tidak jujur padamu soal penyakit kanker otak yang kuderita, aku hanya tak ingin melihat kau bersedih.
Mata Sora berkaca-kaca menahan tangis.
Sora, aku berharap setelah aku tiada nanti, kau mempelajari islam lebih dalam, ketahuilah Sora islam itu indah, saat kau menyelam kedalamnya kau akan mendapatkan kedamaian dan ketenangan yang tidak pernah kau bayangkan. Oya, aku ingin kau dan Sayaka selalu bersahabat kalian jangan pernah bertengkar ya. Sora terimakasih karna kau telah membuat hidupku lebih berwarna. Kau adalah pelangi yang mempunyai warna-warna tersendiri dihatiku. Jangan pernah berhenti menggapai mimpi-mimpimu yakinlah bahwa Allah akan mengabulkan mimpi-mimpimu jika kau bersungguh-sungguh.

Muhammad Ken M.
“Jadi Ken udah meninggal?” dengan mata berkaca-kaca Sora bertanya ke Sayaka
“Iya” Sayaka mengangguk “5 bulan lalu tepat satu hari menjelang ulang tahunmu, Ken meninggal , Sora kau ingat gak, tempat pertama kali kau bertemu dengan Ken? Disitulah ia mengubur kotak musik ini, rencananya ia akan memberikan kotak musik itu saat ulang tahunmu yang ke-17, tapi entah kenapa tiba-tiba saja sore itu, saat ia baru pulang sekolah ia pergi ketaman untuk mengambil kotak musik itu padahal hari itu hujan turun dengan deras. Ia bilang besok ia akan berangkat ke Bandung untuk menyerahkan kotak itu padamu, tetapi saat dalam perjalanan pulang kepalanya tiba-tiba pusing pandangannya menjadi kabur, ia tak dapat mengendalikan mobilnya hingga akhirnya mobilnyapun menabrak pohon. Ia koma selama beberapa minggu saat ia sadar, ia menulis surat ini lalu memintaku menyerahkannya pada mu saat liburan semester ini. Beberapa jam kemudian Ken pergi untuk selamanya.” Sayaka terisak-isak menahan tangisnya, sementara Sora menatap surat dan Kotak musik itu, ia merasa sangat bersalah atas kematian sahabatnya.
“Sayaka, maukah kamu membantuku melaksanakan amanat terakhir Ken untuk mempelajari Islam lebih dalam dan menjadi sahabatku selamanya?” Sora berkata sambil terisak-isak menahan tangis.
“iya” Sayaka memeluk Sora. Matahari segera beranjak keperaduannya, diiringi rintik hujan yang turun sore itu seolah-olah ikut merasakan kesedihan mereka.