I don't wanna run away but I can't take it, I don't understand
If I'm not made for you then why does my heart tell me that I am?
Ini lanjutan dari cerita sesi sebelumnya. Satu hal yang
perlu aku jelasin, lirik diatas aku taruh bukan karena aku bakal cerita soal
kisah cinta, tapi ini masih berbicara soal passion.
Terkadang aku merasa
kalau aku telahir sebagai seorang psikolog, aku merasa dunia psikologi adalah
duniaku, dan aku memimpikan itu dari smp, tapi semua penolakan yang terjadi
seolah-olah menunjukan kalau ini benar-benar bukan jalanku, rasanya seperti
kamu ingin lari dari semua impian ini, melupakannya, tapi aku gak bisa. Bahkan
dalam salah satu tugas yang di presentasiin di depan kelas, dengan sok
meyakinkan aku bilang kalau aku harusnya berada di kelas psikologi, bukan
disini. Dan tahu reaksi orang-orang apa ? mereka setuju, mereka bilang aku
harusnya ada di kelas psikologi, mereka merasa aku menemukan disana. Entah
mereka bilang begitu karena memang kenyataanya begitu, atau karena mereka ingin
aku cepat-cepat pergi dari jangkauan pandangan mereka. Ketika aku menyadari
bahwa aku terlair bukan untuk menjadi seorang psikolog, rasanya hatiku merasa
kalau aku adalah calon psikolog, meskipun haru aku akuin, lama-kelamaan aku
mulai terbiasa dengan duniaku yang sekarang. Rasanya seperti seseorang yang
sedang berproses mengobati dirinya.
Aku hanya merasa semua yang berjalan gak sesuai sama apa
yang aku pikirin, semua rencana aku hancur berantakan di tempat ini, aku gak
bisa menemukan apapun, aku ditolak oleh sesuatu hal, organisasi dan kepanitiaan
yang aku pegang kacau balau, bukan karena organisasinya yang kacau tapi karena
semua amanah yang aku pegang gak ada yang benar, gak ada yang sesuai rencana,
ntah kenapa. Aku bahkan sulit menemukan orang-orang yang benar-benar aku
harapkan, rasanya semua hal benar-benar kacau… atau simplenya, aku mulai merasa
gak nyaman di tempat ini.
Dulu, aku pernah pengen bilang gini sama seseorang
“Seenggaknya berterimaksihlah kepada tempat ini, tempat yang lu benci ini,
tempat yang membuat lu bertemu dengan orang-orang yang masih peduli dengan lu
dan impian lu.” Tapi rasanya saat ini, kata-kata itu lebih cocok buat aku
dibanding buat dia. Ahh, lucunya bagaimana semua hal ini rasanya seperti melihat
kisah nyata dari cerita fiksiku yang aku sukain, ketika aku mulai membuat tokoh
utama dalam cerita dilemma atas sesuatu hal bernama passion, aku justru sedikit
mengalaminya sekarang.
Semua tulisan ini aku persembahin buat orang-orang yang aku
temui satu semester kemarin. Terimaksih buat kalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar